TUGAS TULISAN:
1 . IDE-IDE(PENGETAHUAN)
2.
AKTIVITAS & KEHIDUPAN
3.
BENDA HASIL BUDAYA
Wujud kebudayaan Minangkabau :
Nama
Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu dikaitkan
dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo. Dari
tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa
ditafsirkan sebagai Majapahit) yang datang dari laut akan melakukan
penaklukan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan
untuk mengadu kerbau. Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan
seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan masyarakat setempat
menyediakan seekor anak kerbau yang lapar. Dalam pertempuran, anak
kerbau yang lapar itu menyangka kerbau besar tersebut adalah induknya.
Maka anak kerbau itu langsung berlari mencari susu dan menanduk hingga
mencabik-cabik perut kerbau besar tersebut. Kemenangan itu
menginspirasikan masyarakat setempat memakai nama Minangkabau,yang
berasal dari ucapan "Manang kabau" (artinya menang kerbau). Kisah tambo
ini juga dijumpai dalam Hikayat Raja-raja Pasai dan juga menyebutkan
bahwa kemenangan itu menjadikan negeri yang sebelumnya bernama Periaman
(Pariaman) menggunakan nama tersebut.Selanjutnya penggunaan nama
Minangkabau juga digunakan untuk menyebut sebuah nagari, yaitu Nagari
Minangkabau, yang terletak di kecamatan Sungayang, kabupaten Tanah
Datar, provinsi Sumatera Barat.
Dalam catatan sejarah kerajaan
Majapahit, Nagarakretagama bertarikh 1365, juga telah menyebutkan nama
Minangkabwa sebagai salah satu dari negeri Melayu yang ditaklukannya.
Begitu juga dalam Tawarikh Ming tahun 1405, terdapat nama kerajaan
Mi-nang-ge-bu dari enam kerajaan yang mengirimkan utusan menghadap
kepada Kaisar Yongle di Nanjing.Di sisi lain, nama "Minang" (kerajaan
Minanga) itu sendiri juga telah disebutkan dalam Prasasti Kedukan Bukit
tahun 682 dan berbahasa Sanskerta. Dalam prasasti itu dinyatakan bahwa
pendiri kerajaan Sriwijaya yang bernama Dapunta Hyang bertolak dari
"Minānga" ....Beberapa ahli yang merujuk dari sumber prasasti itu
menduga, kata baris ke-4 (...minānga) dan ke-5 (tāmvan....) sebenarnya
tergabung, sehingga menjadi mināngatāmvan dan diterjemahkan dengan makna
sungai kembar. Sungai kembar yang dimaksud diduga menunjuk kepada
pertemuan (temu) dua sumber aliran Sungai Kampar, yaitu Sungai Kampar
Kiri dan Sungai Kampar Kanan.Namun pendapat ini dibantah oleh Casparis,
yang membuktikan bahwa "tāmvan" tidak ada hubungannya dengan "temu",
karena kata temu dan muara juga dijumpai pada prasasti-prasasti
peninggalan zaman Sriwijaya yang lainnya.Oleh karena itu kata Minanga
berdiri sendiri dan identik dengan penyebutan Minang itu sendiri.
Aktifasi kehidupan :
Arsitektur :
Arsitektur
Minangkabau merupakan bagian dari seni arsitektur khas Nusantara, yang
wilayahnya merupakan kawasan rawan gempa. Sehingga banyak rumah-rumah
tradisionalnya yang berbentuk panggung, menggunakan kayu dan pasak,
serta tiang penyangga yang diletakkan di atas batu tertanam. Namun ada
beberapa kekhasan arsitektur Minangkabau yang tak dapat dijumpai di
wilayah lain, seperti atap bergonjong. Model ini digunakan sebagai
bentuk atap rumah, balai pertemuan, dan kini juga digunakan sebagai
bentuk atap kantor-kantor di seluruh Sumatera Barat. Di luar Sumatera
Barat, atap bergonjong juga terdapat pada kantor perwakilan Pemda
Sumatera Barat di Jakarta, serta pada salah satu bangunan di halaman
Istana Lama Seri Menanti|Istana Seri Menanti,Negeri Sembilan. Bentuk
gonjong diyakini berasal dari bentuk tanduk kerbau, yang sekaligus
merupakan ciri khas etnik Minangkabau.
arsitektur rumah adat minangkabau :
Masakan :
Memasak
makanan yang lezat merupakan salah satu budaya dan kebiasaan masyarakat
Minangkabau. Hal ini dikarenakan seringnya penyelenggaraan pesta adat,
yang mengharuskan penyajian makanan yang nikmat. Masakan Minangkabau
tidak hanya disajikan untuk masyarakat Minangkabau saja, namun juga
telah dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh Nusantara. Orang-orang
Minang biasa menjual makanan khas mereka seperti rendang,asam pedas,
soto padang, sate padang, dan dendeng balado di rumah makan yang biasa
dikenal dengan Restoran Padang. Restoran Padang tidak hanya tersebar di
seluruh Indonesia, namun juga banyak terdapat di Malaysia, Singapura,
Australia,Belanda, dan Amerika Serikat. Rendang salah satu masakan khas
Minangkabau, telah dinobatkan sebagai masakan terlezat di dunia.
Masakan
Minangkabau merupakan masakan yang kaya akan variasi bumbu. Oleh
karenanya banyak dimasak menggunakan rempah-rempah seperti cabai, serai,
lengkuas, kunyit, jahe, bawang putih, dan bawang merah. Kelapa
merupakan salah satu unsur pembentuk cita rasa masakan Minang. Bahan
utama masakan Minang antara lain daging sapi, daging kambing, ayam,
ikan, dan belut. Orang Minangkabau hanya menyajikan makanan-makanan yang
halal, sehingga mereka menghindari alkohol dan lemak babi. Selain itu
masakan Minangkabau juga tidak menggunakan bahan-bahan kimia untuk
pewarna, pengawet, dan penyedap rasa. Teknik memasaknya yang agak rumit
serta memerlukan waktu cukup lama, menjadikannya sebagai makanan yang
nikmat dan tahan lama.
Masakan dendeng balado :
Masakan randang :
Literasi :
Masyarakat
Minangkabau telah memiliki budaya literasi sejak abad ke-12. Hal ini
ditandai dengan ditemukannya aksara Minangkabau. Kitab Undang-Undang
Tanjung Tanah merupakan salah satu literatur masyarakat Minangkabau yang
pertama. Tambo Minangkabau yang ditulis dalam Bahasa Melayu, merupakan
literatur Minangkabau berupa historiografi tradisional. Pada abad
pertengahan, sastra Minangkabau banyak ditulis menggunakan Huruf Jawi.
Di masa ini, sastra Minangkabau banyak yang berupa dongeng-dongeng
jenaka dan nasehat. Selain itu ada pula kitab-kitab keagamaan yang
ditulis oleh ulama-ulama tarekat. Di akhir abad ke-19, cerita-cerita
tradisional yang bersumber dari mulut ke mulut, seperti Kaba Cindua
Mato|Cindua Mato, Kaba Anggun Nan Tongga|Anggun Nan Tongga, dan Malin
Kundang mulai dibukukan.
Pada abad ke-20, sastrawan Minangkabau
merupakan tokoh-tokoh utama dalam pembentukan bahasa dan sastra
Indonesia. Lewat karya-karya mereka berupa novel, roman, dan
puisi,sastra Indonesia mulai tumbuh dan berkembang. Sehingga novel yang
beredar luas dan menjadi bahan pengajaran penting bagi pelajar di
seluruh Indonesia dan Malaysia, adalah novel-novel berlatarbelakang
budaya Minangkabau. Seperti Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, Merantau
ke Deli dan Di Bawah Lindungan Ka'bah (novel)|Di Bawah Lindungan Ka'bah
karya Hamka,Salah Asuhan karya Abdul Muis, Sitti Nurbaya karya Marah
Rusli, dan Robohnya Surau Kami karya Ali Akbar Navis.
Pantun dan pepatah-petitih :
Dalam
masyarakat Minangkabau, pantun dan pepatah-petitih merupakan salah satu
bentuk seni persembahan dan diplomasi yang khas. Pada umumnya pantun
dan pepatah-petitih menggunakan bahasa kiasan dalam penyampaiannya.
Sehingga di Minangkabau, seseorang bisa dikatakan tidak beradat jika
tidak menguasai seni persembahan. Meski disampaikan dengan sindiran,
pantun dan pepatah-petitih bersifat lugas. Di dalamnya tak ada kata-kata
yang ambigu dan bersifat mendua. Budaya pepatah-petitih, juga digunakan
dalam sambah-manyambah untuk menghormati tamu yang datang.
Sambah-manyambah ini biasa digunakan ketika tuan rumah (si pangka)
hendak mengajak tamunya makan. Atau dalam suatu acara pernikahan, ketika
pihak penganten wanita (anak daro) menjemput penganten laki-laki
(marapulai).
Selain berkembang di Sumatera Barat, pantun dan
pepatah-petitih Minangkabau juga mempengaruhi corak sastra lisan di Riau
dan Malaysia.
Contoh :
= ''Anak dipangku, kamanakan
dibimbiang'' (Artinya : anak diberikan nafkah dan disekolahkan, serta
kemenakan dibimbing untuk menjalani kehidupannya)
= ''Duduak
marauk ranjau, tagak meninjau jarak'' (Artinya : hendaklah mengerjakan
hal-hal yang bermanfaat, dan jangan menyia-nyiakan waktu)
= ''Dima rantiang dipatah, disinan sumua digali'' (Artinya : dimana kita tinggal, hendaklah menjunjung adat daerah setempat)
=
''Gadang jan malendo, cadiak jan manjua'' (Artinya : seorang pemimpin
jangan menginjak anggotanya, sedangkan seorang yang cerdik jangan menipu
orang yang bodoh)
= ''Satinggi-tinggi tabang bangau, babaliaknyo
ka kubangan juo'' (Artinya : sejauh-jauh pergi merantau, di hari tua
akan kembali ke kampung asalnya)
Ukiran :
Masyarakat
Minangkabau sejak lama telah mengembangkan seni budaya berupa ukiran,
pakaian, dan perhiasan. Seni ukir dahulunya dimiliki oleh banyak nagari
di Minangkabau. Namun saat ini seni ukir hanya berkembang di
nagari-nagari tertentu, seperti Pandai Sikek, Sepuluh Koto, Tanah
Datar|Pandai Sikek. Kain merupakan media ukiran yang sering digunakan
oleh masyarakat Minang. Selain itu ukiran juga banyak digunakan sebagai
hiasan Rumah Gadang. Ukiran Rumah Gadang biasanya berbentuk garis
melingkar atau persegi, dengan motif seperti tumbuhan merambat, akar
yang berdaun, berbunga dan berbuah. Pola akar biasanya berbentuk
lingkaran, akar berjajaran, berhimpitan, berjalinan dan juga sambung
menyambung. Cabang atau ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam, ke atas
dan ke bawah. Disamping itu motif lain yang dijumpai dalam ukiran Rumah
Gadang adalah motif geometri bersegi tiga, empat, dan genjang.
Jenis-jenis ukiran Rumah Gadang antara lain ''kaluak paku, pucuak
tabuang, saluak aka, jalo, jarek, itiak pulang patang, saik galamai'',
dan ''sikambang manis''.
Motif aka barayun :
Tarian :
Tari-tarian
merupakan salah satu corak budaya Minangkabau yang sering digunakan
dalam pesta adat ataupun perayaan pernikahan. Tari Minangkabau tidak
hanya dimainkan oleh kaum perempuan tapi juga oleh laki-laki. Ciri khas
tari Minangkabau adalah cepat, keras, menghentak, dan dinamis. Adapula
tarian yang memasukkan gerakan silat ke dalamnya, yang disebut randai.
Tari-tarian Minangkabau lahir dari kehidupan masyarakat Minangkabau yang
egaliter dan saling menghormati. Dalam pesta adat ataupun perkawinan,
masyarakat Minangkabau memberikan persembahan dan hormat kepada para
tamu dengan tari-tarian. Jenis tari Minangkabau antara lain: Tari
Piring, Tari Payung, Tari Pasambahan, dan Tari Indang.
Bela diri silek Kumango
Silat
atau biasa di sebut silek dalam dialek minangkabau adalah seni beladiri
masyarakat minang yang juga berperan dalam mendidik manusia minangkabau
untuk menjadi manusia yang mempunyai ketinggian baik lahir maupun batin
(urang nan sabana urang/manusia yang sebenarnya manusia). Karena dalam
tradisi silek minang tidak hanya di ajarkan untuk membela diri dalam
bentuk belajar serangan atau hindaran, tapi juga di isi dengan
materi-materi yang penuh filosofi yang di simbolkan dalam aplikasi
gerakan silat.
Menurut beberapa penelitian di sebutkan bahwa silek
minang adalah hasil kolaborasi dari aliran silat di jaman minang kuno
dahulu yang di sebut gayuang dengan beladiri dari luar minang, antara
lain Harimau Campa, Kuciang Siam, Kambing Hutan, dan Silat Anjing Mualim
dari Persia. Oleh Datuk Suri Dirajo semua unsur itu di rangkum menjadi
satu aliran yang di sebut Silek Usali atau biasa di sebut Silek Tuo.
Silek
Tuo ini memiliki gerakan yang sederhana, sehingga banyak pandeka –
pandeka minang yang memodifikasi gerakan-gerakannya sesuai dengan
pengetahuannya masing-masing, dan di beri nama sesuai dengan tempat asal
silat tersebut atau kemiripan gerakan tersebut dengan alam sekitarnya
(alam takambang manjadi guru), sehingga akhirnya banyak varian-varian
silat minangkabau seperti silek lintau, silek pauh, silek sungai patai,
silek kumango (berdasarkan lokasi), silek buayo, silek harimau, silek
kuciang bagaluik, silek baringin (nama hewan/tumbuhan), silek starlak,
silek sentak (berdasarkan gerakan) dll
Dari sekian banyak jenis
silek yang terdapat di minangkabau itu, di kabupaten Tanah Datar
tepatnya di kampung kumango, merupakan tempat asal silek yang di sebut
silek kumango. Silek kumango merupakan salah satu aliran silek yang
termuda, dan juga merupakan salah satu silek minang yang tumbuh berasal
dari lingkungan surau.
Filosofi dalam silek kumango antara lain
dimulai pada saat penerimaan murid baru (mangangkat anak sasian) yang di
wajibkan untuk memenuhi syarat-syarat tertentu yang di sebut manatiang
syaraik (mengangkat syarat/sumpah), yaitu dengan membawa barang-barang
tertentu:
1. membao lado jo garam (membawa cabai dan garam)
–>merupakan simbol agar ilmu yang diperoleh akan melebihi pedasnya
cabai dan asinnya garam
2. pisau tumpul–> sebagai simbol bahwa
murid yang baru datang di ibaratkan sebagai pisau tumpul yang akan di
asah di sasaran agar menjadi tajam
3. kain putiah/kain kafan–>simbol kepasrahan kepada Sang Khalik agar selalu siap utk kembali kepadaNya
4. jarum panjaik jo banang–>simbol efisiensi, hemat dan tidak boros
5. bareh sacupak–>simbol utk bekal agar mandiri
6. ayam batino–>ayam ini biasanya dipelihara di rumah guru dan telurnya di ambil utk dimakan bersama-sama
Sebagai
mana sebagian besar silek minang lainnya, dalam pola langkahnya silek
kumango juga menganut sistem langkah nan ampek (langkah empat). Pola
langkah empat ini pada dasarnya adalah membagi ruang di sekeliling kita
menjadi empat bagian, depan, belakang, kiri dan kanan. Pola ini banyak
di temui di banyak aliran beladiri lainnya. Dalam silek kumango langkah
ampek ni di simbolkan sebagai langkah Alif, Lam, Lam, Ha dan Mim, Ha,
Mim, Dal, yang merupakan huruf hijaiyah dalam kalimah Allah dan
Muhammad.
Langkah nan ampek ini adalah bagian dari pituah pituah
filosofis urang minang yang biasa di sebut sagalo nan ampek. Dalam
menghadapi orang atau anak yang susah untuk di atur, para orang tua
minang suka mengatakan mengatakan “indak tau nan ampek” kepada anak-anak
nya, tidak tahu yang empat, artinya itu adalah sindiran bahwa ia tak
tau tentang yang empat itu.
Ampek macam batang aka
Partamo syariaik
Kaduo tarikaik
Katigo hakikaik
Kaampek makripaik
Urang nan ampek golongan
Partamo niniak mamak
Kaduo cadiak pandai
Katigo alim ulamo
Kaampek bundo kanduang
Adaik nan ampek
Partamo adaik nan sabana adaik
Kaduo adaik nan diadaikkan
Katigo adaik nan taradaik
Kaampek adaik istiadaik
Langkah
nan ampek ini juga di simbolkan dengan sifat dari Nabi Muhammad SAW,
yaitu Siddik, Tabligh, Amanah dan Fatonah. Dan banyak lagi filosofi
minang yang terangkum dalam sagalo nan ampek.
Dari sisi ilmu
batin, langkah nan ampek ini juga merupakan simbol dari nafsu manusia
yang terdiri dari nafsu ammarah, lawwamah, sufiyah dan muthmainah. Dan
ini juga merupakan awal dari ilmu untuk mencari saudara batin guna
mencari DIRI yang sejati. Ada empat tingkatan jenis manusia menurut
pemahaman minangkabau yang juga terangkum dalam empat bagian, yaitu :
urang, urang nan takka urang, urang nan ka jadi urang, urang nan sabana
urang.
Selain langkah ampek, dikenal dalam silek minang juga
dikenal filosofi langkah tigo, yang memiliki muatan filosofis serupa
dengan langkah nan ampek, namun bila langkah ampek memiliki muatan
agamis, sebaliknya langkah tigo memiliki muatan adat, yang menjadi
landasan dalam pola pikir masyarakat minangkabau, termasuk dalam seni
sileknya.
Adat babarih babalabeh
Baukua jo bajangko
Tungku nan tigo sajarangan
Patamo banamo alua jo patuik
Kaduo banamo anggo tanggo
Katigo banamo raso pareso
Alua
jo patuik (alur dan kepatutan/kepantasan) secara singkat adalah
logika,anggo tanggo (anggaran tangga) kedisiplinan, raso jo pareso (rasa
dan periksa) adalah perasaan/olah rasa dan ketelitian/periksa.
Aplikasinya
dalam ilmu silek adalah bahwa silek itu haruslah bersesuaian dengan
ilmu pengetahuan/logika/masuk di akal, dalam mempelajarinya diperlukan
kedisiplinan, dan terakhir yang tak kalah penting adalah pengolahan rasa
untuk mempertajam gerakannya.
Dalam silek kumango,setiap serangan
haruslah dielakan terlebih dahulu. Tidak tanggung-tanggung bukan sekali
di elakan, melainkan di elakan sebanyak empat kali.
Elakan
pertama di simbolkan sebagai elakan mande, dalam menghadapi serangan
pertama dari seorang musuh, harus di elakan, dianggap nasihat dari
seorang ibu kepada anaknya, jadi kita wajib memahaminya dan bukan
melawannya.
Elakan kedua di simbolkan sebagai elakan ayah, jadi harus dipahami dan bukan dilawan.
Elakan
ke tiga di simbolkan sebagai elakan guru, kita harus mengumpamakan
bahwa itu adalah seorang guru yang sedang marah kepada kita sehingga
wajib di pahami dan tidak dilawan dengan cara mengelakan serangannya,
Elakan
keempat di simbolkan sebagai elakan kawan, yaitu di artikan bahwa itu
adalah seorang kawan yang hendak bermain-main kepada kita sehingga harus
kita pahami dan dalam gerakan silat harus kita elakan.
Baru pada
serangan kelimalah seorang pesilat kumango dapat melakukan gerakan
perlawanan, karena pada serangan kelima ini di ibaratkan si penyerang
sudah bersama setan, sehingga wajib bagi kita untuk menyadarkannya,
dalam aplikasi gerakan silat ini bisa dilakukan dengan gerakan serangan
berupa pukulan atau sapuan kaki yang diakhiri dengan kuncian, dengan
catatan bahwa serangan dari kita hendaknya tidak boleh sampai mencederai
lawan, dan bahkan apabila lawan sampai kesakitan, minta maaf adalah hal
yang patut dilakukan.
Dalam pepatah minang ini di simbolkan
dengan “alah kanyang ka tambah” sudah kenyang masih mau nambah, maka
yang terjadi adalah hilanglah rasa kenyang dan tibul rasa sakit perut.
Karena lawan yang berada di bawah di posisikan sebagai lawan yang sudah
jatuh, nah menyerang lawan yang sudah kita jatuhkan bisa mengakibatkan
posisi kita malah menjadi lemah, maka sebaiknya di biarkan lawan sampai
bisa berdiri kembali.
Jurus Silat Kumango :
1. Elakan (kiri luar, dalam)
2. Elakan (kanan luar, dalam)
3. Sambut Pisau
4. Rambah
5. Cancang
6. Ampang
7. Lantak Siku
8. Patah Tabu
9. Sandang
10. Ucak Tanggung
11. Ucak Lapeh
Dalam
permainan silek kumango tidak dikenal permainan senjata, kecuali dalam
kembangan yang berbentuk tarian. Sebagai silek yang berasal dari budaya
surau, maka senjata yang dikenal dalam silek kumango adalah sarung. Jadi
selain sebagai alat untuk beribadah, sarung juga merupakan senjata yang
dapat di andalkan.
silek kumango :
Musik :
Budaya
Minangkabau juga melahirkan banyak jenis alat musik dan lagu. Di antara
alat musik khas Minangkabau adalah saluang dan talempong. Kedua alat
musik ini biasanya dimainkan dalam pesta adat dan perkawinan. Kini musik
Minang tidak terbatas dimainkan dengan menggunakan dua alat musik
tersebut. Namun juga menggunakan istrumen musik modern seperti orgen,
piano, gitar, dan drum. Lagu-lagu Minang kontemporer, juga banyak yang
mengikuti aliran-aliran musik modern seperti pop, hip-hop, dan remix.
Sejak
masa kemerdekaan Indonesia, lagu Minang tidak hanya dinyanyikan di
Sumatera Barat saja, namun juga banyak didendangkan di perantauan.
Bahkan adapula pagelaran Festival Lagu Minangkabau yang diselenggarakan
di Jakarta. Era 1960-an merupakan masa kejayaan lagu Minang. Orkes
Gumarang pimpinan Asbon Madjid, merupakan salah satu kelompok musik yang
banyak menyanyikan lagu-lagu khas Minangkabau. Selain Orkes Gumarang,
penyanyi-penyanyi Minang seperti Elly Kasim, Ernie Djohan,Tiar Ramon,
danOslan Husein, turut menyebarkan musik Minang ke seluruh Nusantara.
Semaraknya industri musik Minang pada paruh kedua abad ke-20, disebabkan
oleh banyaknya studio-studio musik milik pengusaha Minang. Selain itu,
besarnya permintaan lagu-lagu Minang oleh masyarakat perantauan, juga
menjadi faktor kesuksesan industri musik Minang.
Upacara dan festival :
# Tabuik
# Makan bajamba
# Turun mandi
# Batagak pangulu
# Turun ka sawah
# Manyabik''
# Hari raya Islam|Hari Rayo
# Pacu jawi
# Pacu itiak
Makan bajamba :
Tabuik :
Benda – benda peninggalan budaya minang kabau
Prasasti Adityawarman
Situs
ini merupakan tempat dikumpulkanya prasasti – prasasti yang dikeluarkan
Adityawarman yang dahulu ditemukan di sekitar Bukit Gombak. Kumpulan
prasasti tersebut ditulis dengan huruf Jawa Kuno dan Bahasa Sanskerta
serta sedikit Bahasa Melayu Kuno.
Isi
Prasasti tersebut berupa puji–pujian terhadap Raja Adityawarman.
Terletak + 4 km dari kota Batusangkar dan berada di pinggir jalan raya
Batusangkar–Pagaruyung, dalam Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas.
Batu Batikam
Batu
Batikam merupakan situs Medan Nan Bapaneh yang berfungsi sebagai tempat
musyawarah pada masa lampau. Pada bagian tengah Medan Nan Bapaneh
terdapat Batu Batikam (Batu Berlobang) dari batu andesit.
Konon
batu ini berlubang karena ditikam oleh Datuak Parpatih Nan Sabatang
sebagai tanda berakhirnya perselisihan dengan Datuak Katamanggungan
menyangkut dengan pemakaian adat antara Koto Piliang dengan Bodi
Chaniago. Objek wisata ini terletak di pinggir Jl.Raya Padang
Panjang–Batusangkar jarak dari Kota Batusangkar + 5 Km, dalam Nagari
Limo Kaum
Pesona plus dari Batu Batikam:
1. Terdapat batu
besar dan keras yang ditikam dengan keris, yang menurut sejarah ditikam
oleh Datuk Perpatih Nan Sabatang sebagai pelampiasan emosi ketika
bertikai dengan Datuk Katumanggungan.
2. Dapat melihat lobang hasil tikaman secara langsung pada batu
3. Terletak di Nagari Limo Kaum.